Tanya Jawab Tentang Persalinan Kala 3 Part 2 - Materi UKOM Bidan - UKOM Kebidanan -->

Tanya Jawab Tentang Persalinan Kala 3 Part 2 - Materi UKOM Bidan

Tanya Jawab Tentang Persalinan Kala 3 Part 2 - Materi UKOM Bidan


Hai teman-teman semuanya. Berikut ini telah kami siapkan sebuah materi yang lumayan bagus ntuk teman-teman semuanya dan masoh ada hbungannya dengan soal-soal UKOM kebidanan. Selamat belajar yaa

Tanya Jawab Tentang Persalinan Kala 3 Part 2 - Materi UKOM Bidan

PERSALINAN KALA III


18. BAGAIMANA CARA MELAKUKAN PEMERIKSAAN PLASENTA SETELAH DILAHIRKAN?

Jawaban :
Harus dilakukan pemeriksaan pada semua plasenta yang dilahirkan :
  1. LENGKAP atau TIDAK LENGKAP
  2. Pastikan bahwa jumlah kotiledon dan selaput ketuban dalam keadaan lengkap:
    • Selaput ketuban diperiksa dengan menggantung plasenta sedemikian rupa dengan memegang talipusat sehingga selaput ketuban tergantung kebawah. Anda dapat melihat lubang dimana janin dilahirkan dan periksalah apakah selaput ketuban tidak ada yang tertinggal?
    • Kemudian plasenta ditahan dengan kedua telapak tangan dan selaput ketuban disisihkan untuk dapat memeriksa keadaan pars maternalis apakah tidak ada kotiledon yang tertinggaldidalam uterus.
  3. KELAINAN PLASENTA:
    • Selaput ketuban yang keruh atau berbau. Keadaan ini terjadi pada korioamnionitis.
    • Bekuan darah pada pars maternalis (hematoma retroplasenta) merupakan tanda dari solusio plasenta.
    • Lokasi insersi talipusat (insersio vilamentosa)
    • Plasenta bilobata
  4. UKURAN:
    1. Berat plasenta sesuai dengan usia kehamilan dan umumnya adalah 1/6 berat janin yaitu 450 – 650 gram pada kehamilan aterm.
    2. Bila plasenta sangat besar maka kemungkinan berikut harus dipikirkan :
      • Plasenta yang besar dan edematous dijumpai pada sifilis kongenital.
      • Plasenta yang besar dan pucat dijumpai pada penyakit hemolitik rhesus.
      • Plasenta yang besar namun tidak disertai dengan kelainan lain sering dijumpai pada maternal diabetes.
    3. Bila plasenta lebih ringan dari yang seharusnya sering dijumpai pada PJT – Pertumbuhan Janin Terhambat
  5. TALIPUSAT:
    • Didalam talipusat didapatkan 2 arteri dan 1 vena. Bila hanya dijumpai 1 arteri maka janin harus diperiksa lebih lanjut oleh karena sering menderita kelainan kongenital lain.
    • *** Infark plasenta dikenali dengan sebagian permukaan maternal yang keras dan pucat Bedakan dengan kalsifikasi pars maternalis yang sering merupakan gambaran normal

SEMUA PLASENTA YANG DILAHIRKAN HARUS DIPERIKSA SECARA CERMAT

19. PENCATATAN APA YANG HARUS SELALU DIBUAT SELAMA DAN SETELAH PERSALINAN KALA IIII?

Jawaban :
  1. Pencatatan tentang persalinan kala III:
    • Lama kala III.
    • Jumlah perdarahan
    • Pengobatan yang diberikan
    • Keadaan perineum (robekan jalan lahir)
  2. Pencatatan yang dibuat segera setelah plasenta lahir:
    • Apakah kontraksi uterus berlangsung dengan baik?
    • Apakah terjadi perdarahan hebat?
    • Catatan singkat tentang reparasi perineum yang dilakukan.
    • Frekuensi nadi, tekanan darah dan suhu tubuh ibu.
    • Apakah plasenta dan selaput ketuban lahir lengkap dan adakah kelainan?
  3. Pencatatan yang terjadi dalam waktu 1 jam setelah plasenta lahir:
    • Selama waktu ini (kadang-kadang disebut sebagai persalinan kala IV) dilakukan pemeriksaan dan pencatatan tentang kontraksi uterus dan jumlah perdarahan Selama 1 jam pasien berada pada resiko mengalami perdarahan pasca persalinan.
    • Bila kala III berlangsung normal dan observasi setelah itu juga berlangsung normal, maka frekuensi denyut nadi, tekanan darah diukur lagi dalam waktu 1 jam kemudian.
    • Bila persalinan kala III berlangung normal, maka observasi dikerjakan setiap 15 menit sampai kondisi pasien normal dan setelah itu dilakukan pemeriksaan dan observasi selama 4 jam.

SELAMA 1 JAM PASCA PERSALINAN KALA III PERLU DIOBSERVASI APAKAH KONTRAKSI UTERUS BERLANGSUNG DENGAN BAIK DAN TIDAK ADA PERDARAHAN BERLEBIHAN


20. KAPAN SAATNYA ANAK DISERAHKAN PADA IBU UNTUK INISIASI ASI?

Jawaban :
  • Segera setelah lahir, bila persalinan berlangsung normal dan anak terlihat sehat dan normal maka harus dilakukan inisiasi ASI. Rangsangan pada putting susu dapat menyebakan kontraksi uterus sehingga membantu separasi plasenta.

21. APA YANG HARUS DILAKUKAN OLEH STAF KAMAR BERSALIN UNTUK MENGHINDARI INFEKSI HIV SELAMA PERTOLONGAN PERSALINAN?

Jawaban :
  • Semua parturien dianggap memiliki potensi untuk menularkan HIV. Virus HIV berada didalam darah, cairan ketuban dan jaringan plasenta. Kontaminasi melalui percikan ke mata, luka kecil di tangan atau tertusuk jarum suntik dapat merupakan sumber penularan infeksi HIV.
  • Dengan demikian , pada semua pertolongan persalinan harus dipatuhi aturan-aturan berkut ini :
    • Penolong persalinan harus menggunakan sarung tangan, apron, pelindung muka dan kaca mata khusus
    • Petugas pemberi resusitasi neonatus atau petugas kebersihan kamar bersalin harus menggunakan sarung tangan.
    • Darah dalam talipusat harus dikosongkan sebelum memasang klem kedua. Tindakan ini dapat menghindarkan terjadinya semburan darah saat pemotongan talipusat.
    • Jarum suntik yang sudah terpakai harus ditutup dengan tutupnya dan segera dibuang kedalam wadah khusus.
    • Saat melakukan perbaikan luka perineum, jarum harus dipegang dengan forsep dan jaringan dipegang dengan pinset.

PROSEDUR PENCEGAHAN INFEKSI TERHADAP HIV HARUS DILAKUKAN DENGAN BENAR OLEH SEMUA STAF KAMAR BERSALIN.

Jarum jahit harus dipegang dengan forsep dan segera disimpan ditempatnya setelah digunakan.

ABNORMALITAS PERSALINAN KALA III


22. APA YANG DIMAKSUD DENGAN KALA III MEMANJANG?

Jawaban :
  • Bila plasenta belum lahir dalam waktu 30 menit setelah anak lahir.

23. BAGAIMANA PENATALAKSANAAN KALA III MEMANJANG?

Jawaban :
  • Bila penatalaksanaan kala III yang digunakan adalah metode aktif maka :
    • Berikan infus 500 ml RL + 5 u Oksitosin.
    • Setelah timbul kontraksi uterus, lahirkan plasenta dengan melakukan traksi talipusat terkendali.
  • Bila menggunakan metode pasif dan tidak berhasil maka metode harus diubah ke metode aktif.

24. APA YANG HARUS DILAKUKAN BILA DENGAN PENATALAKSANAAN KALA III MEMANJANG RUTIN PLASENTA MASIH BELUM DAPAT DILAHIRKAN?

Jawaban :
  • Lakukan vaginal toucher:
    • Bila plasenta atau bagian plasenta teraba dalam vagina atau pada segmen bawah uterus hal tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi separasi plasenta. Dengan satu tangan menarik talipusat dan tangan lain mendorong uterus keatas diharapkan dapat melahirkan plasenta.
    • Bila plasenta atau bagian plasenta tidak teraba dalam vagina atau segmen bawah uterus dan hanya dapat meraba talipusat hal tersebut menunjukkan bahwa plasenta masih belum terlepas dan ditegakkan diagnosa RETENSIO PLASENTA.

25. BAGAIMANA PENATALAKSANAAN RETENSIO PLASENTA?

Jawaban :
  • Lanjutkan pemberian infus oksitosin 500 ml RL + 5 u oksitosin dan pastikan dapat terjadi kontraksi uterus agar tidak terjadi perdarahan pasca persalinan.
  • Di Rumah Sakit lakukan plasenta manuil
  • Puasakan penderita


26. APA YANG DIMAKSUD DENGAN PERDARAHAN PASCA PERSALINAN?

Jawaban :
  • Perdarahan lebih dari 500 ml setelah anak lahir.
  • Perdarahan hebat setelah anak lahir.


SEMUA KEJADIAN PERDARAHAN HEBAT SETELAH ANAK LAHIR HARUS DIANGGAP PERDARAHAN PASCA PERSALINAN DAN MENDAPATKAN PELAKSANAAN YANG SERUPA


27. APA YANG HARUS DILAKUKAN TERHADAP PENDERITA HPP

Jawaban :
Penataan tergantung apakah plasenta sudah lahir atau belum.

28. BAGAIMANA PENATALAKSANAAN HPP BILA PLASENTA BELUM LAHIR?

Jawaban :
  • Bila penatalaksanaan kala III menggunakan metode aktif, maka harus segera diberikan infus 500 ml RL + 5 unit oksitosin agar uterus berkontraksi dengan baik. Bila uterus sudah berkontraksi, harus dilakukan usaha lain untuk melahirkan plasenta
  • Bila penatalaksanaan kala III menggunakan metode pasif, maka diberikan infus oksitosin 5 u dalam RL 500 ml dan plasenta dilahirkan dengan tarikan talipusat terkendali (metode aktif)
  • Bila usaha melahirkan plasenta masih belum membuahkan hasil maka sudah terjadi retensio plasenta dan dilakukan tindakan plasenta manuil.

29. BAGAIMANA PENATALAKSANAAN PASIEN HPP BILA PLASENTA SUDAH LAHIR?

Jawaban :
  • Keadaan ini adalah komplikasi persalinan berat yang diatasi dengan cepat dan tepat berdasarkan rencana penatalaksanaan yang jelas :
LANGKAH PERTAMA.
  • Masase fundus uteri untuk merangsang kontraksi uterus agar perdarahan segera berhenti.
LANGKAH KEDUA.
  • Segera lakukan pemasangan infuse oksitosin 5 u dalam RL 500 ml. Sekali lagi, pastikan bahwa kontraksi uterus dapat berlangsung dengan baik melalui tindakan masase fundus uteri.
  • Tindakan ini mutlak dilakukan tanpa memandang penyebab HPP.
LANGKAH KETIGA.
  • Kosongkan kandung kemih. Kandung kemih penuh akan mengganggu kontraksi uterus sehingga perdarahan akan terus terjadi.
LANGKAH KEEMPAT.
  • Tegakkan diagnosa HPP. 2 penyebab utama HPP harus dibedakan:
    • Perdarahan uterus akibat ATONIA UTERI.
    • Perdarahan akibat ROBEKAN JALAN LAHIR.

DUA PENYEBAB UTAMA HPP YAITU ATONIA UTERI DAN ROBEKAN JALAN LAHIR

HPP ADALAH KOMPLIKASI BERBAHAYA DAN HARUS DIATASI DENGAN RENCANA YANG TERPERINCI DAN JELAS


30. APAKAH GEJALA KLINIK ATONIA UTERI?

Jawaban :
  • Uterus atonik (konsistensi lunak), atau cenderung menjadi atonik setelah masa fundus uteri dan pemberian uterotonik.
  • Perdarahan intermiten dan bergumpal-gumpal
  • Saat dilakukan masase fundus uteri maka bersamaan dengan terjadinya kontraksi uterus keluar pula gumpalan darah dari vagina.

PERDARAHAN AKIBAT ATONIA UTERI BERSIFAT EPISODIK DAN BERUPA GUMPALAN BEKUAN DARAH MERAH KEHITAMAN

31. APA PENYEBAB ATONIA UTERI?

Jawaban :
  1. Uterus dipenuhi dengan gumpalan darah
  2. Kandung kemih penuh
  3. Sisa kotiledon
  4. Faktor antenatal tertentu (regangan rahim berlebihan):
    • Bayi besar
    • Hidramnion
    • Kehamilan kembar
  5. Kala I memanjang.
  6. Oksitosin infuse pada persalinan kala I.
  7. Anaestesia umum.
  8. Grande multipara.
  9. Abruptio placentae.
  10. Pasca pemberian MgSO4 pada preeklampsia

PENYEBAB ATONIA UTERI YANG PALING UTAMA ADALAH UTERUS DIPENUHI DENGAN BEKUAN DARAH DAN KANDUNG KEMIH PENUH

32. BAGAIMANA PENATALAKSANAAN HPP YANG SEHARUSNYA DILAKUKAN BILA PENYEBABNYA DIDUGA ADALAH ATONIA UTERI?

Jawaban :
  1. Masase fundus uteri, kosongkan kandung kemih, berikan methergin (bila tidak ada kontraindikasi) dan berikan infuse oksitosin 5 U dalam RL 500 ml.
  2. Bila masih belum terdapat kontraksi uterus, periksa kondisi plasenta (lengkap atau tidak)
  3. Bila plasenta tidak lengkap, persiapkan kuretase.
  4. Bila plasenta lengkap dan kontraksi uterus tidak baik :
    • Lanjutkan pemberian uterotonika oksitosin per infus
    • Ambil sample darah untuk persiapan tranfusi
    • Kompresi bimanual : tangan kanan dikepalkan dan diletakkan pada fornix anterior, tangan kiri dari sisi luar mencekap fundus dan usahakan agar uterus berkontraksi dengan baik
    • Baringkan pasien pada posisi datar atau semi trendelenburd dengan oksigen mask.
    • Berikan cytotec 2 – 4 tablet per rektum

33. APA YANG HARUS DILAKUKAN BILA KOTILEDON ATAU SELAPUT KETUBAN MASIH TERTINGGAL DALAM UTERUS TETAPI TIDAK TERJADI HPP?

Jawaban :
  • Selaput ketuban yang tertinggal umumnya tidak menyebabkan komplikasi
  • Sisa kotiledon dapat menyebabkan HPP akibat adanya atonia dan harus dikeluarkan untuk mencegah komplikasi HPP sekunder.

34. APA YANG HARUS DILAKUKAN UNTUK MENURUNKAN RESIKO HPP?

Jawaban :
  • Pada pasien resiko tinggi HPP (kehamilan kembar, hidramnion, grandemultipara) hal-hal berikut harus dilakukan :

    • Pada fase aktif, pasang infus RL
    • Setelah plasenta lahir segera berikan infuse oksitosin
    • Pastikan uterus ber kontraksi dengan baik selama 1 jam pasca persalinan dan pastikan pasien sering mengosongkan kandung kemih.

35. APA TANDA KLINIK YANG MENUNJUKKAN BAHWA HPP DISEBABKAN OLEH ROBEKAN JALAN LAHIR?

Jawaban :
  • Kontraksi uterus baik
  • Perdarahan merah segar dan terus mengalir

TANDA KLINIK HPP YANG DISEBABKAN OLEH ROBEKAN JALAN LAHIR ADALAH TERDAPAT PERDARAHAN MERAH SEGAR YANG TERJADI PADA UTERUS YANG BERKONTRAKSI DENGAN BAIK

36. PENATALAKSANAAN PADA KASUS HPP AKIBAT ROBEKAN JALAN LAHIR?

Jawaban :
  • Pasien dibaringkan pada posisi lithotomi dan dilakukan pemeriksaan berikut:
    1. Pertama, perineum diperiksa untuk memastikan lokasi robekan dan sumber perdarahan. Perbaiki semua robekan yang ada terutama yang menyebabkan perdarahan.
    2. Setelah itu lakukan pemeriksaan vagina dengan membuka vagina menggunakan kedua ujung telunjuk. Robekan vagina harus dijahit.
    3. Bila tidak ditemukan robekan perineum maupun vagina maka harus diperiksa lebih lanjut kemungkinan ruptura uteri.

37. BAGAIMANA PENATALAKSANAAN PERDARAHAN YANG BERASAL DARI EPISOTOMI?

Jawaban :
  • Perbaiki luka episiotomi dengan menjahit secara baik
  • Bila luka episiotomi sudah dijahit dan masih berdarah, bukalah jahitan tersebut dan jahit kembali dengan benar.

38. APA RESIKO TINGGI KEJADIAN ROBEKAN SERVIK DALAM PERSALINAN?

Jawaban :
  • Pasien meneran saat dilatasi servik belum lengkap.
  • Partus presipitatus
  • Persalinan operatif per vaginam

39. BAGAIMANA ANDA DAPAT MENGENALI KEJADIAN INVERSIO UTERI?

Jawaban :
  • Dugaan inversio uteri adalah bila pasien mendadak syok pada kala III dan tanpa disertai perdarahan.
  • Tidak teraba uterus pada palpasi abdomen.
  • Uterus keluar dari vagina secara terbalik.
  • Dapat terjadi saat plasenta belum lepas dari uterus

40. BAGAIMANA PENATALAKSANAAN INVERSIO UTERI?

Jawaban :
  • Segera pasang dua buah infus untuk mengatasi renjatan yang terjadi.
  • Bila kejadian ini terjadi di rumah bersalin maka segera persiapkan rujukan ke rumah sakit.
  • *** Gangguan pembekuan dapat menyebabkan terjadinya HPP. Gangguan pembekuan sering terjadi pada kasus perdarahan antepartum akibat solusio plasenta.



Sumber : Kumpulan Soal UKOM Bidan Indonesia

Demikianlah artikel kami ini yang berjudul Tanya Jawab Tentang Persalinan Kala 3 Part 2 - Materi UKOM Bidan. Semoga soal-soal dan pertanyaan diatas tersebut dapat bermanfaat dan membantu teman-teman semuanya. Terimakash atas kunjungannya.

0 Response to "Tanya Jawab Tentang Persalinan Kala 3 Part 2 - Materi UKOM Bidan"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel